CAGAR ALAM PAMONA
BKSDA SULAWESI TENGAH

By Admin 12 Mar 2020, 13:16:55 WIB Kawasan
CAGAR ALAM PAMONA

Sejarah Pengelolaan Kawasan

Kawasan Cagar Alam Pamona pertama kali diusulkan sebagai kawasan konservasi melalui Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah Nomor : SK.188.44/3932/DINHUT/89 Tanggal 30 Agustus 1989 Tentang Penunjukan sementara areal Hutan Lindung, Areal Penggunaan Lain dan sebagian Perairan Laut yang terletak di Daerah Tingkat II Donggala, Poso, Tolitoli dan Luwuk Banggai Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Suaka Alam dan Hutan Wisata. CA Pamona pada lampiran keputusan tersebut berstatus sebagai Cagar Alam Pamona yang terletak di Kabupaten Poso dengan luas ± 35.000 ha.

Baca Lainnya :

Keputusan tersebut juga merupakan pengusulan 11 kawasan konservasi lainnya yaitu Taman Buru Landusa Tomata, Taman Laut Teluk Tomori, Taman Laut Pulau Tokobae, Taman Wisata Alam Bancea, Suaka Margasatwa Bakiriang, Suaka Margasatwa Pati-pati, Cagar Alam Pamona Binangga, Cagar Alam Gunung Tinombala, Suaka Margasatwa Pulau Pasoso, Cagar Alam Gunung Sojol dan Cagar Alam Gunung Dako.

Sampai saat ini pengusulan CA Pamona agar dapat ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah pusat masih dalam proses yang terus berjalan dengan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait baik di daerah maupun di pemerintah pusat.

Pada tahun 1999 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan  Nomor : 757/Kpts/II/1999 tanggal  23 September 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Dati I Sulawesi Tengah seluas 4.394.932 Ha. Dalam SK penunjukan tersebut, terdapat lampiran peta kawasan hutan propinsi yang menampilkan CA Pamona.

Letak geografis kawasan

10 53’ 22,70“ sampai dengan 20 12’ 25,95“ Lintang Selatan (LS) dan antara 1200 26’ 12,97“ sampai dengan 1200 44’ 17,84“ Bujur Timur (BT).

Tipe Ekosistem di Kawasan

Ø  Hutan Dataran Rendah

Hutan dataran rendah yang terdapat di kawasan CA Pamona berada pada ketinggian kurang dari 750 m dpl dengan tinggi tajuk pohon rata-rata 25-45 m.

Ø  Hutan Pegunungan

Hutan pegunungan terdapat pada daerah dengan ketinggian 750 – 3.000 m dpl, tinggi tajuk pohon rata-rata 15 – 33 m, klasifikasi ukuran daun notofil, mesofil atau microfil batang pohon tidak umum ditemukan dan ukurannya kecil, tumbuhan merambat dan menjalar berukuran besar sangat langka dan epifit anggrek, paku-pakuan dan lumut-lumutan biasanya melimpah.

KeanekaragamanHayati

Ø  Potensi  flora dan fauna secara umum

Ø  Hutan Dataran Rendah, jenis yang dominan seperti Tea (Arthocarpus elasticus), Nunu-Nunu (Ficus annulata), Poli (Quercus abaidominii), Laro (Metrosideros petiolata), Keli (Gnetum cuspidatum), Ganitri (Elaeocarpus littoralis), Matoa/ Kase (Pometia pinnata), Betau (Calophyllum sp), Jabon (Anthocephalus chinensis), Lanca (Dysoxylum nutans), Lebanu (Timonius sp) dan lain-lain. Sedangkan pada Hutan pegunungan, jenis-jenis yang mendominasi antara lain Pasang/Palili (lithocarpus sp), Poli (Quercus abaidominii), Yosi (Baccaurea spp), Lebanu (Neonauclea celebica), Resak (Castanopsis acuminata), Lero (Pterospermum celebicum), Kasa (Castanopsis buruana), Jambu (Syzygium sp), Kase (Pometia pinnata), Betau (Calophyllum sp) dan lain-lainnya. Selain itu, beberapa jenis kantong semar (Nepentes sp.) dan beberapa anggreak hutan (Orchidaceae) banyak tumbuh dalam kawasan ini.

Ø Jenis fauna yang terdapat pada CA Pamona ini antara lain Monyet Hitam (Macaca tonkeana), Babi Hutan (Sus celebensis), Anoa Dataran Tinggi (Babulus quarlesi), Kus-kus (Phalanger ursinus), Tupai (Sciuridae), Babirusa (Babyrousa babyrussa),  Kelelawar (Pterus edulis), Musang Coklat (Macrogalidia musschenbroeki), Tarsius (Tarsius spectrum). Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus), Julang Sulawesi/ Allo (Rhyticeros cassidix), Ayam Hutan (Gallus gallus), Kum-kum (Ducula sp), Nuri Sulawesi (Tanygnathus sumatranus), Burung Hantu (Otus manandensis), Kutilang (Pygnonotus sp), Gagak (Corvus sp), Srigunting (Dicrurus montanus), Ular Sawa (Phyton reticulatus), Kadal (Sphenomorphus variegatus), Kodok Sulawesi (Bufo celebensis), Biawak (Varanus salvator).

Potensi kawasan

Ø  Jenis Tanah

Jenis tanahnya terdiri atas jenis tanah inceptisols, entisols dan ultisols

Ø Bentang alam/landscape

CA Pamona memiliki bentang alam yang bergelombang. Komposisi Ekosistem dataran rendah dan hutan pegunungan menjadi ciri bentang alam cagar alam pamona. Topografi yang berbukit-bukit atau bergunung merupakan kondisi bentang alam di dalam CA Pamona.

Ø  Geologi

Jenis batuan yang terdapat di CA Pamona terdiri atas aluvium, kuarsit, filit dan batu serpih

Ø  Posisi Kawasan konservasi dalam DAS

Di dalam kawasan CA Pamona terdapat beberapa sungai diantaranya Sungai Meko ; S. Aumoro; S. Ampuampu; S. Owini; S. Taipa; S. Lawara; S. Batumarato; Cabang Anak Sungai dari S. Pawanaa yaitu S. Panjo (CAS. Talutalu, Manda, Tenawe, Tarobu, Ketoda, Uemalino, Panjo), S. Limbaata (CAS. Nandealo, Kawewue, Puenggeli, Pobalolia, Kasaeja); S. Buyuncora; S. Balobalo; S. Labobae; S. Pompewai; S. Paimpo; S. Maleali; S. Boe; S. Tamboli; S. Balamba; S. Pendolo (AS. Mabubu, Kalinguk, Marangka, Pemelolo); S. Saroso; S. Mayoa; S. Salukua; S. Mawowombo; S. Pambunu dan Sungai Tandocilo

Ø Kelerengan/topografi

Keadaan topografi kawasan hutan CA Pamona secara keseluruhan relatif berat, mulai dari berbukit-bukit sampai pegunungan dengan kemiringan lebih dari 150. Pegunungan yang berada dalam CA Pamona adalah G. Tandocilo (1.380 mdpl), G. Watumototo (1.615), G. Lalaapu (1.603), G. Pamake (1.558), G. Banke (1.748), G. Tamogawu (1.636), G. Pasaya (1.197), G. Sanggona (1.465), G. Pompewai (1.315), G. Takolekaju (895), G. Tamungkulebu (816), G. Bangkakaju (1.487), G. Pelombong (1.483), G. Limbo (1.536), G. Polegamenco (1.338), G. Tamungkubangke (1.368), G. Puenggeli (1.598), G. Ambawa (1.1621), G. Kacang (820), G. Marari (747), G. Mandelelangi (1.243), G. Lawara (1.607), G. Owini (1.400), G. Fenema (1.810), G. Taipa (900) dan G. Omboa (1.053).

Aksesibilitas menuju kawasan

CA Pamona dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4 (empat) sepanjang dari kota Palu ke Pendolo maupun ke desa-desa lainnya yang berada di sekitar kawasan ± 600 Km. Kemudian dari desa-desa sekitar kawasan, selanjutnya untuk dapat masuk ke dalam kawasan dapat berjalan kaki memakan waktu ± 2-6 jam

Kondisi Penataan Zona/blok

Sudah dilakukan penataan blok berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Eksosistem Nomor : SK.104/KSDAE/SET/KSA.0/3/2018  tanggal 2 Maret 2018.

Tutupan Lahan

Kawasan ini didominasi oleh hutan lahan kering primer

Sosial ekonomi budaya

Ø  Ekonomi dan Sosial budaya masyarakat sekitar kawasan

Penduduk di desa-desa sekitar CA Pamona berasal dari etnis/suku yang cukup heterogen. Sebagian besar penduduk adalah etnis Pamona, Toraja, Jawa, dan Bali. Keanekaragaman latar belakang etnis ini bukan merupakan suatu masalah karena adanya sikap saling memahami satu suku dengan suku yang lain.

Sebagian besar masyarakat di tujuh desa tersebut yang berbatasan langsung dengan CA Pamona memeluk agama Kristen Protestan, Islam, Hindu dan Katolik.

Adat istiadat yang sering kali dijumpai pada masyarakat sekitar CA Pamona adalah kegiatan gotong royong baik dalam pembangunan rumah, membersihkan sarana peribadatan, acara pernikahan dan juga dalam acara berkabung hal ini masih dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.

Pekasiwia” yang merupakan upacara adat daerah Poso yang dilakukan untuk menghormati tamu-tamu pemerintah yang baru pertama kali mengunjungi wilayah Kabupaten Poso merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk menarik pengunjung ke daerah ini. Pekasiwia yang berasal dari kata siwia=sama dan kasiwia=kesamaan, mengandung arti pernyataan kesamaan. Penerapannya dilakukan pada orang yang dihormati yang oleh karena pribadi atau jabatannya pertama kali datang di Tana Poso untuk kepentingan umum. Makna dari upacara adat ini adalah pernyataan ketulusan memohon dan menerima kesediaan Sang Tamu menjadi warga Tana Poso. Selain itu, upacara adat Padungku dan Mangore, yang merupakan upacara syukuran atas panen yang telah diperoleh juga merupakan adat yang masih dilaksanakan sampai sekarang.

Ø  Desa Penyangga KK Konservasi

No

Desa

Kec

Kab

Prop

1

Meko

Pamona Barat

Poso

Sulteng

2

Owini

Pamona Barat

Poso

Sulteng

3

Taipa (termasuk Owini)

Pamona Barat

Poso

Sulteng

4

Bancea

Pamona Barat

Poso

Sulteng

5

Panjo

Pamona Selatan

Poso

Sulteng

6

Boe

Pamona Selatan

Poso

Sulteng

7

Pandayora

Pamona Selatan

Poso

Sulteng

8

Mayoa

Pamona Selatan

Poso

Sulteng

9

Panda Jaya

Pamona Selatan

Poso

Sulteng

10

Pada

Lore Selatan

Poso

Sulteng

 

Ø  Ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam di Kawasan Konservasi (mencakup adat istiadat masyarakat, kearifan tradisional dalam pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat setempat (PIAPS) dan potensi tekanan masyarakat terhadap Kawasan konservasi misalnya perambahan, illogdll).

 

Cagar Alam (CA) Pamona yang dikelilingi oleh beberapa desa yang berada di sekitar kawasan baik langsung maupun tidak langsung berbatasan dengan kawasan sedikit banyaknya mempunyai ketergantungan baik masyarakat terhadap CA Pamona maupun sebaliknya CA Pamona terhadap masyarakat.

Ketergantungan masyarakat dan CA Pamona yang terjadi dapat memberikan dampak yang sangat besar pengaruhnya baik itu yang bersifat melestarikan dan membangun atau bersifat sebaliknya yaitu merusak kawasan hutan CA Pamona.

Jika kita perhatikan ketergantungan masyarakat desa–desa yang berada di sekitar kawasan baik yang berbatasan langsung maupun tidak langsung  dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang memanfaatkan sumber daya alam baik secara sadar maupun tidak sadar yang telah dinikmati oleh masyarakat.

a.    Pemanfaatan sumber daya alam yang dapat dirasakan adalah

pemanfaatan jasa lingkungan air antara lain saluran irigasi. Lahan pertanian di sekitar kawasan sangat tergantung dengan keberadaan CA Pamona karena sumber air yang digunakan berasal dari kawasan CA Pamona. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Poso memanfaatkan air dengan kapasitas debit 26,47 M³/detik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan  untuk mengaliri hamparan sawah pertanian milik masyarakat.

b.    Pemanfaatan sumber daya alam dari dalam kawasan

Masyarakat sekitar CA Pamona masih banyak tergantung dengan hasil hutan seperti kayu bakar, Damar, dan Rotan baik untuk keperluan sendiri maupun ada sebagian yang diperjualbelikan. Pemanfaatan kayu bakar, Damar, dan Rotan yang dilakukan tentunya tidak dibenarkan hal ini akan merusak kelestarian CA Pamona. Pengawasan dan penyuluhan yang kurang intensif menjadi salah satu penyebab dari masih adanya masyarakat yang memanfaatkan kayu bakar, Damar, dan Rotan dari kawasan konservasi CA Pamona.

 

 

 

 




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

Loading....


Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

Kanan - Iklan Sidebar

Video Terbaru

View All Video